You can be happy or you can be unhappy. It's just according to the way you look at things. - Walt Disney

Kamis, 05 September 2013

Senja

9/05/2013 11:11:00 AM Posted by Visy Noor Widinda No comments
HAI HAIIIIIIIIIIIII. SUDAH LAMA KITA GAK KETEMU:3 KANGEN KAN SAMA GUE?'-')/ HAHAHAAAAA. *capsjebol-_-v
Gue mau nge post funfict gue yang terbaru nih. Kalau yang "Musuh Dalam Selimut" udah selesai. Bisa di check di fav twitter gue;) berhubung gue lagi baik, jadi gue post sampe part 3 ya.

Senja

Part 1

Mentari mulai enggan menampakkan wajahnya. Senja kini berganti malam. Terlihat cahaya berwarna oranye menerangi bumi. Seperti biasa, aku sudah duduk di bangku yang ada di balkon di dekat kamarku melihat matahari terbenam yang indah ini. Aku tak tahu sejak kapan menyukai pemandangan ini, yang jelas aku tak mau ketinggalan melihat fenomena alam yang luar biasa indahnya ini.



Hanya satu pertanyaanku, kenapa fenomena yang luar biasa indahnya ini begitu cepat berakhir? Rasanya aku ingin terus-terusan melihat pemandangan ini. Aku tahu Tuhan telah mengatur alam ini dengan sedemikian rupa, tapi aku hanyalah seorang manusia biasa yang tak luput dari ketidakpuasan dan kekurangan yang ingin sekali melihat senja lebih lama.

Walaupun ada sms atau telepon dari pacarku, aku enggan membalas atau mengangkat teleponnya karena aku tak mau ketinggalan pemandangan ini. Memang sih awalnya dia marah dan merasa dinomor duakan tapi sekarang dia mengerti dengan keadaanku. Terkadang dia menemaniku saat aku melihat matahari terbenam. Alhasil sekarang dia juga menyukai senja.

Daniel. Aku sangat mencintai pria itu dan aku yakin dia juga sangat mencintaiku karena aku dan Daniel terikat sebuah hubungan yaitu sepasang kekasih. Sudah 4 bulan kami menjalani hubungan ini. Walaupun masih seumur jagung tetapi aku dan Daniel berusaha menjalani hubungan ini dengan serius. Tak mudah kami menjalani hubungan ini, banyak sekali rintangan di hubungan ini. Rintangan di hubungan ini sering sekali mengikis keyakinanku untuk bisa bersama dengan Daniel lebih lama. Daniel tetap berusaha menyakinkanku untuk melanjutkan hubungan ini karena katanya dia tak mau kehilangan diriku.

Bisa di bilang aku cepat populer di kampus, terutama di angkatanku. Menurut mereka, aku anak baru yang sangat cantik dan pintar. Aku tak tahu mereka menyimpulkan itu darimana, yang jelas aku hanyalah manusia biasa yang mencintai senja. Mungkin karena aku blasteran, ayahku berasal dari Australia tepatnya di Perth dan ibuku berasal dari Bandung jadi wajahku seperti orang bule. Aku baru saja pindah dari Jakarta ke Bandung 6 bulan yang lalu bersama orang tuaku.

Daniel juga sama sepertiku, dia juga bisa di bilang anak baru di kampus dan populer sama sepertiku. Dia juga pindahan dari Jakarta 6 bulan yang lalu. Kami masuk di kampus yang sama dan di kelas yang sama di waktu yang bersamaan. Menurut mereka, aku dan Daniel sudah di takdirkan untuk bersama. Aku hanya tersenyum dan meng-amini perkataan mereka.

Dikarenakan kami termasuk populer di kampus, banyak sekali yang mendekati kami. Banyak sekali pria yang mendekatiku dan menyatakan cintanya kepadaku padahal mereka sudah tahu kalau aku sudah berpacaran dengan Daniel. Daniel juga sering di dekati perempuan kecentilan yang membuatku terbakar cemburu. Tetapi kami berusaha sekuat mungkin untuk menahan rasa cemburu dan amarah kami karena kejadian itu sering terjadi. Tetapi Daniel sering tak kuat menahan rasa cemburu dan amarahnya. Kalau dia cemburu atau marah, susah sekali disembuhkannya. Mungkin rintangan ini diberikan Tuhan kepada kami agar kami tetap kuat menjalani hubungan ini. Maklum saja, banyak sekali yang tidak menyukai hubungan kami.

Seperti biasa, jam 7 pagi kami sudah berada di wilayah kampus. Kami biasa duduk di salah satu bangku yang ada di taman. Taman kampus ini adalah tempat favorite kami di kampus. Sebelum masuk kelas pasti kami selalu menghabiskan waktu kami disini. Hari ini cuacanya sangat dingin karena saat ini gerimis mulai turun. Untung saja aku selalu membawa jaket karena aku sadar di Bandung itu cuacanya selalu dingin.

“Pake jaket Lis, dingin banget cuacanya.” Kata Daniel khawatir
“Kita ke dalem kampus aja yuk, nanti hujannya tambah deras.” Ajakku

Daniel membawaku berlari ke dalam kampus. Dia melindungiku dari hujan menggunakan tangan kosongnya. Kami berlarian kecil agar tak terkena rintik hujan. Akhirnya kami sampai di pintu kampus. Huhhh, aku merasakan dingin yang aku rasakan bertambah. Yap, karena AC dinyalakan otomatis disini. Aku membuka tasku dan mengambil jaket lalu aku memakainya. Aku menggosok-gosokkan kedua tanganku agar aku merasakan hangat. Daniel melihatku lalu membawaku ke arah tangga kampus.

“Mau ngapain?” tanyaku
“Kita duduk disini aja, kalau terus-terusan disana kamu bakalan beku.” Jawabnya

Aku hanya mengangguk. Terkadang menurutku Daniel itu cowok tergaring yang pernah aku kenal tetapi kadang juga dia cowok teromantis. Walaupun sifatnya seperti itu, aku tetap mencintainya. Aku melihat John menghampiri kami.

“Morniiingggg.....” kata John dengan ramah kepada kami

Asal kalian tahu saja, aku tidak suka dengan John karena sikapnya terhadapku. Dia selalu mengejar-mengejar cintaku, dia tak pantang menyerah untuk mendapatkan cintaku. Padahal aku sudah punya pacar tetapi dia tetap saja mengejarku. Menurutku, dia orang yang tak tahu malu. Tetapi aku tak pernah cerita tentang John kepada Daniel.

“Kamu kedinginan Lis?” tanya John kepadaku
“Bukan urusan lo.” Jawabku jutek

John malah duduk di sampingku. Aku menjauhinya dan duduk berdekatan sampai tak ada jarak dengan Daniel. Aku menggenggam tangan Daniel supaya John pergi dari sini. Tetapi usahaku gagal, dia malah terus-terusan mendekatiku.

“Pergi aja yuk dari sini.” Ajakku kepada Daniel

Daniel berdiri dan menarik tanganku. Kami berjalan menjauhi John. Akhirnya kami bisa menjauh dari John. Aku melihat Daniel masih dengan wajah cemburunya. Kalau Daniel cemburu atau sedang marah, susah untuk disembuhkannya. Kami menaiki anak tangga.

“Sebenernya kita mau kemana sih, Niel?” tanyaku heran

Daniel tak menjawab. Dia tetap menarikku. Aku tak tahu dia mau kemana. Aku hanya mengikuti langkahnya. Aku takut kalau aku menjelaskan kejadian tadi kalau dia harus berusaha menahan rasa cemburunya, dia pasti akan marah. Lebih baik aku diam mengikuti hatinya daripada aku harus berkelahi dengannya. Meskipun di hubungan kami banyak pertengkaran, tapi aku selalu berusaha untuk menguranginya. Akhirnya kami sampai di suatu kelas. Aku baru tahu kalau disini tak ada AC ataupun kipas angin. Disini hanyalah kursi mahasiswa, papan tulis dan meja dosen. Kami duduk bersisian.

“Alison. Aku mau nanya sama kamu, dia sering telpon/sms kamu?” tanya Daniel dengan wajahnya yang serius
“Uh.... Sebenernya sih iya.” Jawabku dengan ragu
“Kenapa kamu gak pernah cerita?” tanyanya dengan penuh kecemburuan

Aku diam tak tahu harus bilang apa. Aku ragu harus menjawabnya. Aku takut kalau jawabanku nanti akan memperburuk keadaan. Aku akan menjawabnya dengan sebisaku.

“Aku tahu aku salah karena gak pernah cerita tentang John ke kamu. Aku takut kalau aku cerita tentang John, emosi kamu gak ke kontrol dan akibatnya akan fatal. Aku terus-terusan menjauh dari John karena aku mau menjaga perasaan kamu tapi John yang terus-terusan ngejar aku. Dia sering sms/telpon aku tapi gak pernah aku tanggepin.” Jelasku
“Harusnya kamu bilang dari awal Lis. Kalau kayak gini, aku malah tambah kesal. Kamu harus jujur!” Jawab Daniel setengah membentak
“Walaupun aku bilang dari awal ataupun sekarang, pasti kamu akan ngedatengin dia terus kamu berantem sama dia. Kamu gak bisa mengontrol emosi kamu, kadang aku takut Niel kalau kamu lagi marah. Aku takut kalau aku jadi pelampiasan amarah kamu makanya aku selalu diam kalau kamu lagi marah.” Jawabku hampir menangis

Daniel melihatku dengan tak tega. Dia paling tak tega melihatku menangis, kalau aku menangis dia pasti menyalahkan dirinya berulang-berulang. Daniel berdiri menghampiriku lalu menarikku keluar. Dia langsung memelukku dengan erat. Pasti dia merasa sangat bersalah karena sikapnya tadi.

“Maafin aku ya, kamu kan tahu kalau tadi aku emosi banget.” Katanya dengan lirih
“Sekarang kamu harus belajar mengontrol emosi kamu.” Jawabku sambil tersenyum

Daniel semakin mengeratkan pelukannya. Aku melihat orang berdatangan, aku langsung melepaskan pelukan Daniel. Daniel bingung denganku, aku menarik Daniel dari situ. Aku membawanya ke tangga, kami duduk disitu.

“Kenapa pelukannya dilepas?” tanyanya heran
“Tadi ada orang yang datang, aku gak mau mereka ngeliat kita pelukan di depan umum.” Jawabku
“Mereka rese banget ya, padahal tadi lagi enak tuh di pelukan kamu. Hangat dan nyaman.” Jawab Daniel enteng sambil tersenyum
“Huuu dasar genit. Kamu gak boleh meluk aku lagi ah.”
“Kenapa? Aku kan pacar kamu. Meluknya di tempat private aja deh ya. Aku gak terima jawaban ‘enggak’ loh. Lagipula, pasti kamu juga seneng kan kalau aku peluk.” Jawabnya dengan pede

Aku hanya terkekeh mendengarnya. Inilah Daniel, manusia dengan beragam sifat dan sikap yang membuatku jatuh cinta dengannya.

Part 2


Hari sudah semakin siang. Di siang ini matahari tampak pede menampakkan wajahnya karena cuaca hari ini tampak panas. Kami punya acara makan siang bersama. Kami tak pernah makan hanya di satu cafe, mungkin setiap minggu kami berpindah-pindah tempat karena ingin mencoba hal yang baru. Kami mencicipi makanan dari yang paling tidak enak sampai yang terenak menurut kami. Kalau soal makanan, kami satu selera. Kebetulan cafe yang kemarin kita kunjungi memiliki makanan yang cukup enak, jadi kami akan makan disana.


Aku dan Daniel selalu menyempatkan makan siang bersama karena kami beda jurusan tetapi masuk kampus dengan waktu yang bersamaan. Seringkali aku yang terlebih dahulu keluar kelas dan aku memberikan pesan singkat kepadanya untuk memberitahu kalau aku sudah keluar kelas. Jika Daniel belum keluar, dia selalu menyuruhku untuk makan siang duluan karena dia tak mau aku kelaparan karena menunggunya. Jadi aku makan siang bersama sahabatku yaitu Emma dan pacarnya.

Aku dan Emma sudah keluar dari kelas menyebalkan tadi. Dosen itu sangat menyebalkan dan membosankan bagiku. Kami berjalan menuju taman kampus. Di taman sudah ada pacar Emma, yaitu Jack. Aku bingung kenapa Daniel belum ada di taman padahal biasanya dia bersama Jack. Sesampainya di taman, aku dan Emma duduk bersama Jack.

"Daniel belum keluar kelas, Jack?" Tanyaku
"Setahu gue sih belum, soalnya tadi kita beda kelas." Jawab Jack

Mereka satu jurusan tetapi beda kelas. Itulah mereka.... Ya sebenarnya sih sama denganku. Aku dan Daniel beda jurusan tapi diwaktu aku masuk pertama kali ke kampus, aku dan Daniel berada di kelas yang sama. Aneh kan? Bingung kan? Jadi, jurusan kami itu masih satu keluarga. Jadi, kadang aku dan Daniel sekelas.

"Lo berdua ada acara?" Tanyaku
"Ga ada kok Lis." Jawab Emma tersenyum

Aku melihat wajah Jack yang kebingungan. Aku rasa ada yang janggal disini.

"Acara makan siang kita berdua gimana? Gak jadi?" Tanya Jack

Ada rasa kecewa di wajah Jack. Emma hanya tersenyum kepadaku.

"Kalau lo berdua ada acara, yaudah gapapa kok. Gue bisa nunggu Daniel sendirian kok." Kataku

Aku tak mau karena aku rencana makan siang Emma dan Jack berantakan. Aku tak mau egois seperti itu. Setiap pasangan pasti tak akan mau acaranya dirusak oleh orang lain apalagi sahabatnya sendiri.

"Kita gapapa kok nungguin Daniel bareng. Lagipula, nantinya kita akan pergi sama-sama." Kata Emma
"Beneran deh, gapapa kok kalau gue nungguin Daniel sendirian. Gue gak mau ngerusak rencana kalian." Jawabku sambil tersenyum

Emma melotot ke arah Jack.

"Gara-gara lo sih." Omel Emma kepada Jack
"Lo gak boleh marahin Jack, dia gak salah." Jawabku
"Nah ini dia dateng si biang masalah." Sambung Jack

Aku melihat ke arah penglihatan Jack. Akhirnya, Daniel datang juga. Daniel duduk di sampingku.

"Ada apaan sih?" Tanyanya bingung
"Gara-gara lo, gue jadi dimarahin sama Emma." Jawab Jack dengan kesal
"Udahlah gak usah di bahas lagi. Lo itu kayak anak kecil banget sih, Jack." Sambung Emma

Jack merapatkan posisinya ke arah Emma. Dia tersenyum sambil memperlihatkan giginya.

"Maaf ya Emma sayang. Gak ngulangin lagi deh." Kata Jack dengan manja

Spontan saja aku dan Daniel langsung tertawa mendengar perkataan si Jack. Ya ampun, Jack benar-benar aneh. Emma memperlihatkan wajah kesalnya denganku dan Daniel.

"Maafin aja, Ma. Hahaha." Kata Daniel
"Maafin aku ya sayang." Kata Jack dengan lembut kepada Emma

Emma berpikir sejenak. Kami bertiga menunggu keputusannya. Akhirnya dia menganggukkan kepalanya.

"Yeayyyy!!!" Sorak Jack dengan penuh kegembiraan

Emma hanya bisa tersenyum tipis. Tiba-tiba Jack langsung mencium pipi Emma. Tampak sekali wajah Emma yang sangat terkejut. Setahuku, dia belum pernah dicium oleh pria. Mungkin dia terkejut karena Jack adalah pria yang menciumnya pertama kali. Wajah Emma langsung memerah.

"Cie mukanya langsung merah hahaha." Ledekku
"Gak merah kok." Jawab Emma tersipu malu

Emma memukul tangan Jack. Jack kabur dari tempat duduknya.

"Gue kejar dia dulu ya. Lo berdua makan siang aja." Kata Emma sambil beranjak

Emma berlari mengejar Jack. Aku hanya bisa tertawa melihat tingkah mereka.

"SINI LO!" Teriak Emma

Mereka pasangan paling aneh. Aku dan Daniel hanya bisa tertawa, tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata. Daniel mendekatiku seraya merangkulku.

"Lis, kita makannya di kantin aja ya. Aku gak bisa kalau makan di cafe kemarin." Kata Daniel

Kekecewaan tampak jelas di dalam benakku. Padahal daritadi aku sudah menunggunya tetapi dia malah tak bisa. Huhhhhh.

"Kenapa gak bisa?" Tanyaku
"Aku harus ketemu sama dosen. Dia manggil aku setelah makan siang, jam 1an." Jawabnya
"Yaudah deh." Jawabku pasrah

Daniel melihatku dengan tatapan bersalah. Aku hanya diam membisu.

"Maaf ya sayang. Tadi dosennya mendadak banget. Next time aja ya?" Kata Daniel
"Iya. Kita ke kantin yuk, aku udah laper." Jawabku
"Senyum dulu dong biar cantiknya kelihatan." Goda Daniel

Aku berdiri dan menarik tangan Daniel sehingga Daniel berdiri.

"Kelamaan ah, aku udah laper nih." Kataku

Aku dan Daniel berjalan bersama menuju kantin. Padahal, aku tidak lapar tetapi aku ingin menghabiskan waktu berdua dengannya. Kami berjalan bergandengan tangan. Setelah sampai di kantin, ternyata kantinnya penuh. Oh god, why?!

"Penuh nih, Lis. Kita mau makan dimana?" Kata Daniel

Aku berpikir sejenak. Kenapa aku tak membeli bakso di depan kampus saja ya? Disana kan bakso terenak di sekitar kampus.

"Kita makan di depan kampus aja yuk. Disana kan ada bakso." Usulku
"Jangan makan bakso ah, aku bosen." Jawabnya
"Terus mau makan apa?" Tanyaku
"Kita makan ice cream aja yuk." Jawabnya
"Yaudah, kita mau beli dimana?"
"Di depan kampus kan ada sayang."
"Oh iya, yaudah kita kesana yuk."

Kami pun berjalan menuju ke depan kampus. Aku harap ice creamnya masih ada, belum kehabisan. Setelah sampai, ternyata antrian panjang dan antrian itu di dominasi oleh pasangan kekasih.

"Ngantri nih, Niel." Keluhku
"Aku yang ngantri aja, kamu duduk aja." Kata Daniel

Aku hanya mengangguk. Aku duduk di bangku yang ada sementara Daniel mengantri untuk membeli ice cream. Aku melihat Daniel yang sedang mengantri. Walaupun dilihat dari sudut manapun, menurutku Daniel tetap tampan. Oh, I love him.

Setelah sekian lama mengantri, Daniel mendapatkan gilirannya. Aku berdiri di sampingnya. Kami memesan ice cream strawberry. Lalu kami memakan ice cream itu sambil berjalan. Kami makannya sambil ngobrol-ngobrol. Kami berjalan menuju ke dalam kampus. Aw. Aku tertabrak seseorang. Ice creamku jatuh berantakan dan pakaianku penuh dengan ice cream.

"Duh, baju aku jadi kotor." Kataku

Aku membersihkan bajuku di bagian perut yang terkena ice cream. Daniel juga membantuku membersihkan bajuku. Ternyata dia lagi, dia lagi dan dia lagi.

"Maaf ya Lis, aku gak sengaja." Kata John meminta maaf
"Yaudah. Pergi aja yuk Niel." Jawabku jutek

Daniel malahan memukul wajah John sampai John jatuh tersungkur. Daniel menghampiri John lalu memukul John terus-terusan. Kerumunan orang sudah mulai menghampiri kami. Segera aku menarik Daniel agar dia tidak memukuli John lagi. Aku mengusap-usap punggungnya agar dia tenang.

"Jauhin Alison atau hidup lo gak akan tenang!" Ancam Daniel
"Ayo pergi dari sini." Kataku

Aku menarik tangan Daniel dengan sekuat tenaga agar dia tak kehilangan kontrol lagi. Aku menariknya ke taman tempat biasa kami bersantai disitu. Kami duduk di taman.

"Kamu harus sabar, Niel. Ini cuma masalah kecil, gak usah di perbesar." Kataku dengan tenang
"Gak bisa gitu! Udah berkali-kali dia ganggu kamu! Apalagi tadi dia nabrak kamu sampe ice cream kamu tumpah dan kena baju kamu!" Jawab Daniel dengan emosi

Duh... Alison, sabar Lis sabaaaarrrrr... Aku mengatur nafasku agar aku tidak terbawa suasana emosi. Aku disini untuk menenangkan Daniel, bukan bertengkar.

"Kita gak usah mikirin dia. Kita pikirin aja hubungan kita, aku gak mau kamu habisin energi kamu buat ngeladenin John." Kataku
"Aku mau ke dosen dulu." Jawab Daniel jutek

Jutek sekali orang ini. Dia pergi begitu saja meninggalkan aku sendirian disini. Sabar Lis sabar. Pasti dia akan tahu dan menyesal kalau dia sedang melakukan ini padamu. Lebih baik aku pulang saja.

***

Aku sudah duduk di bangku yang ada di dekat kamarku. Seperti biasa, aku ingin melihat pemandangan kesukaanku. Senja. Di dalam kamusku, pemandangan ini tak boleh terlewatkan. Senyumku terkembang. Matahari perlahan-lahan mulai terbenam meninggalkan langit. Warna langit oranye selalu menghiasi cahaya saat fenomena ini.

Ponselku berbunyi, tapi aku abaikan. Aku tak mau melewatkan sedikitpun senja ini. Aku yakin pasti itu Daniel. Padahal dia kan sudah mengerti kalau setiap sore aku pasti tak akan menjawab ponselnya. Ponselku terus-terusan berbunyi, aku tetap mengabaikannya. Akhirnya matahari sudah tenggelam sepenuhnya, sekarang bulanlah yang menggantikan tugas dari matahari.

Aku mengambil ponselku. Terdapat 13 missed call dan 6 sms. Aku buka 13 missed call itu, ya kalian tahu, Daniel yang daritadi menelponku. Aku membuka sms. Semua isi smsnya sama dan dari Daniel juga berisikan:

Aku minta maaf Lis, aku nyesel banget udah ngebentak kamu dan ninggalin kamu tadi. Aku terlalu terbawa emosi. Love u<3

Benar apa dugaanku. Dia pasti akan menyesal nantinya. Sebenarnya aku masih sedikit marah dengannya tapi aku berniat untuk membalas pesannya.

Yaudah gapapa, udah aku maafin.

Hanya kalimat itu yang ku ketik untuk membalas pesan Daniel. Aku kesal dengannya, dia tak pernah kapok dengan apa yang dia perbuat. Dia hanya kapok kalau aku sudah menangis, itu pun kapoknya hanya beberapa jam.

Aku kembali ke dalam rumah. Aku memutuskan untuk masuk ke kamar dan tidur lebih awal. Fisik dan pikiranku sudah letih. Aku perlu beristirahat dengan tenang. Saat aku ingin memejamkan mata, terdengar bunyi ketukan pintu. Haduh, siapa sih itu? Mengganggu rencanaku untuk tidur saja.

"Siapa?" Tanyaku malas
"Daniel." Jawabnya

Kenapa dia bisa ada disini? Cepat sekali dia sampai disini. Aku bangun lalu membukakan pintu. Aku mendapati penampilannya yang kusut. Aku langsung menariknya masuk ke kamarku dan menutup pintu kamarku. Kami duduk di bibir ranjang.

"Kenapa penampilan kamu kayak gini?" Tanyaku khawatir

Daniel tak menjawab, dia hanya terdiam membisu. Aku semakin bingung dan khawatir kenapa dia bisa seperti ini. Daniel malah memelukku dengan erat, aku mengusap-usap punggungnya.

"Kamu kenapa Niel?" Tanyaku makin khawatir

Aku takut terjadi apa-apa dengannya. Apakah dia habis berkelahi? Atau dia habis melampiaskan kemarahannya? Atau dia sedang banyak masalah? Pertanyaan-pertanyaan melintas di otakku. Daniel melepaskan pelukannya.

"Maafin aku ya." Kata Daniel dengan parau

Aku jadi tak tega dengan keadaannya begini. Aku harus ikhlas memaafkannya.

"Iya aku maafin." Jawabku tersenyum
"Cium dong." Kata Daniel sambil menunjuk pipi kanannya

Salah satu alisku naik dengan spontan. Kenapa anak ini? Barusan dia seperti orang yang banyak masalah, sekarang dia genit.

"Gak mau ah." Tolakku
"Cium dikit doang kok, Lis. Ayo dong." Kata Daniel manja
"Ih, apaan sih. Kamu itu aneh. Tadi dateng kesini kayak orang banyak masalah, sekarang udah mulai genit."
"Sebenarnya sih, penampilan aku cuma akting hehe."

Mataku membulat seketika. Aku langsung memukul tangannya, Daniel malah tertawa. Ternyata dia tadi ngerjain aku. Haduhhhhh.

"Kalau minta maafnya beneran kok, gak akting." Sambungnya
"Ter-se-rah." Jawabku jutek
"Gak usah sok jutek deh. Cantiknya nanti ilang tuh, bahaya nanti." Goda Daniel

Aku memukul tangannya kembali. Dia merintih kesakitan sambil tertawa. Dasar anak jahil!

Part 3


Ponselku berbunyi. Dengan terpaksa aku membuka mataku. Aku meraba-raba keberadaan ponselku. Aku mendapatkan ponselku di bawah bantal. Segera aku mengambilnya, lalu aku membuka ponselku. Ternyata ada sebuah pesan dari Daniel.


From : Daniel

Aku udah di depan pintu kamar kamu.

Mataku membulat seketika. Apa dia benar sudah ada di depan pintu kamarku? Segera aku menaruh ponselku di tempat tidur dan beranjak. Aku membuka pintu kamar. Di depanku sudah ada Daniel dengan pakaian yang rapi dan sudah wangi.

"Mau ngapain?" Tanyaku
"Mau jemput kamu lah." Jawabnya
"Masih pagi gini. Lagian kan aku gak ada kelas hari ini." Kataku yang masih mengantuk
"Aku mau ngajak kamu jalan."
"Emangnya kamu hari ini gak ada kelas?" Tanyaku heran
"Ada sih, tapi cuma satu. Aku mau bolos aja."

Aku langsung memandangnya dengan tatapan sinis. Padahal kan kuliah itu sangat penting untuknya.

"Kalau kamu bolos, aku gak akan mau jalan sama kamu." Kataku menolak
"Ya ampun Lis. Cuma hari ini aja kok bolosnya."
"Masuk siang atau malam?"
"Masuk siang."
"Yaudah kamu kuliah dulu, abis itu baru kamu jemput aku. Nanti kita jalan deh, gampang kan?" Usulku

Daniel membuang nafasnya. Wajahnya tampak akan kepasrahan.

"Yaudah deh. Tapi aku disini aja ya sampe siang. Aku males kalau nunggu di kampus." Katanya

Aku hanya mengangguk. Terkembang senyum di wajahku.

"Aku mandi dulu ya, kamu tunggu aja di ruang tamu." Kataku
"Aku ikut dong." Kata Daniel dengan genit dan manja

Aku langsung memukul tangannya. Dia kesakitan lalu tertawa. Dasar.

"Pikiran kamu jorok banget sih!" Omelku
"Tapi kamu tetep cinta kan?" Godanya

Aku memutar kedua bola mataku. Aku langsung mengambil handuk yang ada di kamarku lalu pergi ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi aku menghampiri Daniel yang sedang duduk di ruang tamu. Dia sedang memainkan ponselnya, dia terlihat sangat serius. Aku duduk di sampingnya.

"Serius banget kayaknya." Kataku

Daniel terkejut. Dia hampir saja melompat karenaku. Tumben sekali dia seserius itu memainkan ponselnya.

"Kamu ini, datengnya tiba-tiba gitu." Kata Daniel
"Enggak kok. Kamunya aja yang terlalu serius. Lagi ngapain sih?"
"Gak lagi ngapa-ngapain kok."
"Kalau gak ngapa-ngapain, gak mungkin seserius tadi."
"Aku gak ngapa-ngapain sayang." Jawab Daniel

Aku mulai curiga dengan Daniel. Apa yang sedang ia sembunyikan? Atau dia selingkuh? Dia tak cinta lagi denganku? Ya ampun Lis. Kamu gak boleh berprasangka buruk kepada Daniel.

"Oh yaudah." Kataku tersenyum tipis

Daniel hanya tersenyum melihatku. Daniel memainkan ponselnya lagi. Dia itu kurang nyebelin apa coba?! Aku beranjak dari sofa lalu menuju kamarku. Untuk apa dia disini kalau dia hanya mengabaikanku? Aku menutup pintu kamarku. Aku membawa laptopku ke tempat tidur dan membukanya. Lebih baik, aku mengerjakan tugas.

Aku mengerjakan tugas dengan teliti agar nilaiku bisa bagus. Aku tak mau nilaiku turun. Suara pintu kamarku terdengar. Ada seseorang yang membuka pintu kamarku. Pasti, itu Daniel. Dia masuk ke kamarku. Ternyata itu bukan Daniel melainkan pembantuku.

"Ada apa bi?" Tanyaku
"Pacar non yang tadi udah pulang. Dia ngasih tahu bibi, katanya dia ada urusan." Jawab bi Ine
"Yaudah makasih ya bi." Jawabku sambil tersenyum

Bi Ine pergi meninggalkan kamarku. Hanya hembusan nafas panjang yang keluar dariku. Ya ampun, menyebalkan sekali dia. Padahal ini masih pagi, dia belum ada jam kuliah. Hhhhh. Sabar Lis sabar. Jangan negative thinking. Mungkin dia sibuk dengan kuliahnya. Lebih baik aku fokus dengan tugasku.

***

Hari sudah semakin sore tetapi Daniel tak kunjung datang. Padahal dia yang bikin janjinya. Di telpon/sms dia tak membalasnya. Baru kali ini dia tak menepati janjinya. Aku jadi tak bisa melihat senja dengan tenang. Aku takut terjadi apa-apa dengan Daniel. Lebih baik aku ke rumahnya untuk memastikan dirinya tak kenapa-napa.

Aku langsung mengambil kunci mobilku lalu menuju garasi. Aku membuka garasi agar mobilku bisa keluar. Aku keluar menggunakan mobilku menuju rumah Daniel. Di sepanjang perjalanan, aku terus memikirkan Daniel. Aku takut terjadi apa-apa dengannya.

Ah shit. Lampu merah. Aku sebal sekali jika bepergian sendirian dan terjebak di lampu merah. Ini sangat menyebalkan bagiku. Aku hanya bisa menunggu tak bisa melakukan hal lain. Aku menoleh ke arah kananku terdapat taxi yang berpenumpang pria dan perempuan. Sepertinya mereka adalah pasangan kekasih, mereka begitu mesra. Pfftttt. Aku jadi iri.

Eh tunggu dulu. Wajah pria itu seperti sangat familiar bagiku. Wajahnya seperti Daniel tapi aku tak kenal dengan wajah perempuan itu. Apa yang mereka lakukan? Air mataku jatuh begitu saja. Daniel tak datang ke rumahku karena perempuan itu?! Lampu sudah berwarna hijau. Aku memutuskan untuk mengikuti taxi itu.

Taxi itu menuju daerah Lembang. Setelah aku mengikutinya ternyata mereka berhenti di salah satu cafe yang ada disitu. Sebelumnya aku belum pernah kesini. Mereka turun dari taxi. Aku memarkirkan mobilku lalu turun. Mereka masuk ke dalam cafe, aku mengikuti mereka dengan sangat hati-hati. Mereka duduk di salah satu bangku disitu, ternyata itu benar-benar Daniel.

Aku mengambil tempat duduk yang berada di dekat mereka. Sekitar 2 meja di belakang mereka. Mereka kelihatan mesra sekali ya Tuhan.... Aku menutupi wajahku dengan daftar menu. Aku tak bisa membendung air mataku lebih lama lagi. Air mataku jatuh begitu saja. Sudah berapa lama Daniel menyelingkuhiku? Dadaku terasa sesak.

Aku mengambil ponselku, aku membuka daftar menu yang menutupi wajahku lalu memfoto Daniel dan pacar barunya. Aku sudah punya bukti kalau Daniel berselingkuh. Kenapa aku tahu Daniel berselingkuh ketika tiga hari lagi aku akan berulang tahun?! Mungkin Tuhan ingin yang terbaik untukku. Tuhan ingin memperlihatkan kelakuan Daniel kepadaku selama ini sebelum hari ulang tahunku. Terimakasih Tuhan.

Aku tak kuat berlama-lama berada di sini. Hatiku hancur. Perasaanku sudah tak karuan lagi. Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku hanya ingin pulang menenangkan diri sejenak. Aku melihat matahari yang hampir terbenam. Baru kali ini aku melihat senja dengan semua rasa sakit ini. Rasanya sesak melihat fenomena indah ini dengan air mata kesedihan.

Aku pergi ke parkiran mengambil mobilku. Lebih baik aku pulang. Aku menaiki mobilku lalu mengendarainya menuju rumahku. Aku hanya bisa mengingat kejadian menyebalkan tadi. Aku tak habis pikir, Daniel berselingkuh dengan perempuan lain. Padahal selama ini dia yang selalu meyakinkanku untuk melanjutkan hubungan ini.

Apakah Daniel sudah tak tahan lagi dengan hubungan ini? Apakah dia sudah bosan denganku? Apakah dia sudah tak cinta lagi denganku? Ya Tuhan. Aku tak kuat menerima kenyataan ini. Akhirnya, aku sampai di rumah. Aku menekan klakson agar bibi Ine membukakan pagar rumah. Bi Ine pun datang, dia membukakan pagarnya lalu aku memakirkan mobilku di garasi. Aku turun dengan lesu. Bi Ine menutup pagar rumahku lalu menghampiriku.

"Non Alison kenapa?" Tanya bi Ine khawatir
"Aku gapapa kok bi." Jawabku mengelap air mataku lalu tersenyum tipis
"Nanti bibi ambilin makan ya non."
"Gak usah bi, aku gak laper. Aku masuk dulu, capek banget mau istirahat."
"Yasudah non."

Aku masuk ke rumah dengan tampang lesu. Aku berjalan menuju kamarku. Aku melihat ada orang tuaku yang sedang menonton tv di ruang keluarga. Aku melihat ke arah mereka. Mama melihat ke arahku.

"Alison, sini." Ajak mama
"Aku langsung ke kamar aja ya. Aku capek." Jawabku lemas

Mama menghampiriku. Dia memelukku dengan erat. Aku menangis di pelukannya. Papa hanya melihatku dan mama dengan wajah sedih.

"Mama tahu kamu lagi sedih." Kata mama sambil membelai rambutku

Aku tak tahu harus bilang apa. Aku masih cinta dengan Daniel. Aku tak mau orangtuaku membenci Daniel karena mereka tahu kalau Daniel selingkuh. Aku harus menjaga rahasia ini, aku tak mau bilang kepada siapapun kecuali dengan Emma karena hanya Emma yang mengerti diriku. Aku melepaskan pelukan mama, aku mengelap air mataku.

"Mah, aku masuk dulu ya. Tugas udah mulai numpuk." Kataku

Aku meninggalkan mama dan papa di ruang keluarga. Aku masuk ke kamarku. Aku langsung menghempaskan diriku ke tempat tidur. Aku lelah sekali. Besok aku akan ceritakan semua ini ke Emma. Aku harus meminta sarannya. Aku membuka laptopku untuk mengerjakan tugas yang belum selesai.

Aku menekan tombol power. Laptop pun menyala. Wallpaper laptopku adalah foto aku dan Daniel dengan gaya alay kami. Aku hanya bisa tersenyum dalam tangisan. Hfftttt. Jangan sampai ada air mata lagi yang jatuh. Aku mulai membuka file tugasku. Aku pun mulai mengerjakannya.

Aku sudah menguap beberapa kali. Aku sudah lelah dan mengantuk. Aku menyimpan tugasku ke folder. Aku pun tertidur.

Gimana ceritanya? Bagus gak? Hope u like this guys. Don't forget to visit my twitter for read my story and retweet. Love u guys<3

0 komentar:

Posting Komentar